Kisah Amirul Muminin dengan Yahudi Dzimmi: 100 Kisah Teladan dan Populer Agama Islam

Kisah Amirul Muminin dengan Yahudi Dzimmi mengajarkan kita mengenai keteladanan dan bagaimana menjadi pemimpin yang bijaksana.

Kisah Amirul Muminin dengan Yahudi Dzimmi: 100 Kisah Teladan Agama Islam

Pada siang hari yang panas, Amirul Muminin didatangi seorang Yahudi dzimmi. Lelaki itu mengajukan gugatan kepada Ali, yang kala itu menjadi pimpinan sebuah negara yang wilayahnya telah membentang mencakup jazirah Arab bahkan mulai masuk ke wilayah Turki. “Wahai Amirul Muminin, aku hendak menuntut hakku atas pakaian perang yang ada padamu. Aku melihat pakaian perang milikku, telah engkau pakai.”

Sayyidina Ali, sedikit kaget, lantas bertanya, ” Pakaian perang yang mana wahai Fulan? Kalau baju perang yang sedang saya jemur ini yang kau maksud, maka ketahuilah bahwa aku belum lama membelinya dari pasar.”

“Memang pakaian itulah yang aku tuntut, karena memang itulah yang selama ini menjadi hakku, tetapi entah karena alasan apa kini berada padamu” kata orang Yahudi dengan mimik yang serius.

“Tetapi aku telah membelinya dari pasar wahai Fulan” Ali berusaha mempertahankan haknya, karena ia benar-benar telah membelinya dari pasar.

“Aku tidak bisa menerima alasanmu Ali. Oleh karena itu marilah kita menentukannya melalui seorang hakim yang adil dan jujur.

Ketika sampai di tempat yang dituju, Ali dan orang Yahudi ini menceritakan soal perselisihannya, dan minta bantuan untuk ditengahi (diadili). Mendapat kepercayaan ini sang hakim merasa malu hati, apalagi pula kepala negara justrui mendatangi rumahnya. Padahal sepantasnya, dirinyalah yang sebagai rakyat yang mnesti menghadap kepada pimpinan. Untuk itu, si hakim bicara.

Singkat cerita, sang hakim akhirnya memutuskan perkara dengan putusan bahwa sang Yahudi berhak atas kepemilikan baju perang, dan oleh karenanya Ali harus mengembalikan kepadanya. Kepala negara itu menerima dengan ikhlas keputusan hakim, meski baju itu memang benar-benar dibelinya dari pasar.

Dalam perjalanan itulah, si Yahudi heran, lantas berkomentar, “wahai Amirul Muminin, kenapa engkau menerima keputusan ini? Bukankah engkau seorang kepala negara, yang dengan kekuasaanmu engkau bisa memenangkan perkara.”

Ali pun menjawab sambil tersenyum, “Itulah hakikat hukum dalam Islam. Dia tidak memihak kepada golongan yang kuat dan berkuasa, tetapi berpihak pada kebenaran.”


Sungguh luar biasa “Kisah Amirul Muminin dengan Yahudi Dzimmi” tadi, andai saja semua pemimpin di negeri ini bersikap seperti Ali tadi, maka mungkin tidak terlalu lama mengalami krisis. Islam sesungguhnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, sehingga ajaran untuk selalu menegakkan kebenaran adalah salah satu ajaran Islan. Sebab, tanpa itu, mustahil kesejahteraan akan terwujud di bumi ini. Tanpa ada amar maruf nahi munkar, maka yang selalu terjadi adalah kekacauan tindakan-tindakan kejahatan, sehingga kedamaian tidak akan pernah terwujud.

Setiap manusia hendaknya memiliki keberanian untuk mengatakan bahwa yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Saat ini kita sering menyaksikan perbuatan yang melanggar aturan dan hukum yang berlaku. Setiap hari kita bisa menyimak berita baik dari tv maupun media cetak banyak orang yang melakukan tindakan yang melanggar aturan, seperti korupsi, perjudian, penganiayaan, dan kejahatan lainnya yang semua itu dilarang oleh agama. Hal itu mernperburuk citra kita sebagai warga negara yang besar.

Mari kíta senantiasa belajar sejak sekarang untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama termasuk didalam nya perbuatan melanggar hukum dan menjadikan “Kisah Amirul Muminin dengan Yahudi Dzimmi sebagai keteladanan”.

Kita sebagai generasi muda, dan penerus bangsa hendaknya kita mampu untuk senantiasa belajar berbuat dalam kebaikan. Sekecil apapun kebaikan itu kalau kita landasi dengan niat untuk mencari ridha Allah SWT maka semua itu akan dicatat sebagai amal ibadah kita kepada-Nya. Hendaknya kita belajar untuk menjadi contoh yang baik, untuk adik-adik kita, untuk keluarga kita, dan untuk yang lainnya. Selain kita diperintahkan untuk berbuat kebaikan, kita juga diperintahkan untuk mencegah perbuatan yang munkar. Sebagai contoh perbuatan munkar adalah mencuri/mengambil sesuatu yang bukan miliknya.

Apabila kita mengetahui ada orang lain atau teman kita sendiri melakukan hal itu, maka kewajiban kita untuk mengingatkannya, bahwa perbuatan mencuri itu dilarang dalam agama. Anak-anak, mari kita selalu berbuat sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau senantiasa menyeru dan mengajak kepada perbuatan yang baik dan mencegah atau melarang apa yang telah dilarang oleh Allah SWT. Dengan demikian kita termasuk umat yano senantiasa di cintai oleh Rasulullah Muhammad SAW dan kelak kita akan dimasukkan surga-Nya karena kita mau dan manmpu berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Daftar pustaka: Kisah Amirul Muminin – Pendidkan Al-‘Quran/Al-Hadits, SMP/MTs Muhammadiyah

Lihat kategori Islam lainnya

Baca: Mengapa belajar Agama Islam Penting

Tinggalkan komentar