Masuknya agama lslam ke Nusantara melahirkan kesultanan-kesultanan Islam di Kalimantan secara tidak langsung membawa perubahan terhadap kehidupan politik dan sosial budaya di Nusantara. Perubahan dalam bidang politik, konsep dewa raja yang bercorak Hindu-Buddha (di mana raja dianggap sebagai titisan dewa) diganti dengan konsep Islam kafilah. Sebutan raja diganti menjadi sultan. Selain Kesultanan Samudera Pasai, masit banyak lagi kesultanan-kesultanan lslam di Sumatra yang bercorak lslam. Berikut akan kita pelajari.
Kesultanan-Kesultanan Islam di Kalimantan
Kesultanan Pontianak
Kesutanan-kesultanan Islam di Kalimantan yang pertama adalah Kesultanan Pontianak. Kesultanan yang terletak di Kalimantan Barat, antara lain Tanjungpura dan Lawe. Menurut berita musafir Portugis, Tanjungpura dan Lawe sudah mempunyai kegiatan dalam perdagangan, baik dengan Malaka maupun Jawa, bahkan kedua daerah yang diperintah oleh Pate tunduk kepada kerajaan di Jawa yang diperintah oleh Pati Unus.

Pada abad ke-17, Kerajaan Tanjungpura dan Lawe berada di bawah pengaruh kekuasaan Kesultanan Mataram terutama dalam upaya perluasan politik dalam menghadapı ekspansi politik VOC.
Walaupun tidak diketahui dengan pasti kehadiran Islam di Pontianak, ada pemberitaan bahwa sekitar abad ke-18 atau tahun 1720 ada rombongan pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang di antaranya datang ke Kalimantan Barat untuk mengajarkan membaca Alquran, ilmu fikih, dan ilmu hadis. Salah satu pendakwah itu adalah Syarif ldrus bersama anak buahnya pergi ke Mempawah, kemudian menelusuri sungai ke arah laut memasuki Kapuas Kecil dan sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal kota Pontianak. Selanjutnya, Syarif ldrus diangkat menjadi pimpinan dengan gelar Syarif ldrus bin Abdurrahman al-Aydrus.
Berita yang lain mengatakan bahwa pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang mengajarkan lslam dan datang ke Kalimantan bagian barat terutama di Sukadana adalah Habib Husin al-Gadri. Semula Habib Husin al-Gadri singgah di Aceh, kemudian ke Jawa. Sampai di Semarang bertemu dengan pedagang Arab yang bernama Syekh. Habib Husin al-Gadri, kemudian berlayar ke Sukadana. Habib Husin al-Gadri mendapat banyak simpati dari raja (Sultan Matan) dan rakyatnya. Selanjutnya, Habib Husin al-Gadri pindah dari Matan ke Menpawah untuk meneruskan syiar Islam.
Setelah beliau wafat digantikan putranya yang bernama Pangeran Sayid Abdurrahman Nurul Alam. Beliau pergi denigan sejumlah rakyatnya ke tempat yang kemudian dinamakan Pontianak. Di tempat inilah didirikan keraton dan masjid agung.
Kesultanan Banjar
Kesutanan-kesultanan Islam di Kalimantan selanjutnya adalah Kesultanan Banjar. Kesultanan Banjar terletak di daerah Kalimantan Selatan, pusatnya di daerah hulu Sungai Nagara di Amuntai. Diperkirakan Kerajaan Banjar berdiri pada pertengahan abad ke-16.

Sumber sejarah Kesultanan Banjarmasin adalah hikayat Banjar dan kronik Banjarmasin, menceritakan tentang kehidupan di Kerajaan Banjar. Selain itu ada Negarakertagama, menceritakan mengenai hubungan Kerajaan Daha sebagai kerajaan sebelum Kerajaan Banjar dengan Majapahit.
Berikut adalah sultan-sultan yang pernah memerintah di Kesultanan Banjar:
- Sultan Suryanullah atau Raden Samudra (1520-1546 M): Sultan Suryanullah merupakan raja Banjarpertama. Pada masa pemerintahannya, Sultan Suryanulah meluaskan kekuasaan Kerajaan Banjar hingga ke Samtbas, Batanglawai, Sukadana, Kotawaringin, Sampit, Madawi, dan Sambangan.
- Sultan Rahmatullah (1546-1570 M): Sultan Rahmatullah adalah anak tertua Sultan Suryanullah. Pada masa pemerintahan sultan ini, Sultan Rahmatullah masih membayar upeti kepada Demak yang pada saat itu sudah menjadi Kesultanan Pajang.
- Sultan Hidayatullah (1570-1595 M): Sultan Hidayatullah adalah anak Sultan Rahmatullah. Pada masa pemerintahannya didampingi oleh Patih Kiai Anggadipa.
- Sultan Marhum Panembahan atau Sultan Mustain Billah (1595-1641 M): Pada masa pemerintahannya, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Amuntai. Nama Sultan Mustain sangat disegani oleh kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Sultan Marhum mempunyai 50.000 prajurit sehingga derngan kekuatannya ter- sebut, Kerajaan Banjar dapat membendung pengaruh Mataram dan dapat me- nguasai kerajaan-kerajaan yang ada di Kalimantan Tenggara, Tengah, dan Barat.
Akibat terbunuhnya pengusaha Belanda (Gillis Michielse-Zoon), pada tanggal 7 Juni 1607 terjadi perselisihan antara Banjar dan Belanda. Belanda menyerang Banjar dan Sultan Mustain memindahkan pusat kerajaan ke Kayu Tangi. - Sultan Adam (1825-1857 M): Pada masa pemerintahan Sultan Adam terjadi berbagai perselisihan, baik di kalangan intern kerajaan maupun dengan pihak Belanda dan Inggris. Sejak Sultan Adam wafat, Belanda selalu mencampuri urusan kerajaan. Pergantian kekuasaan banyak ditentukan oleh Belanda. Hal tersebut menimbulkan pertentangan di antara anggota keluarga kerajaan serta keresahan di antara para tokoh dan masyarakat Banjar sehingga timbullah berbagai perlawanan terhadap Belanda. Antara tahun 1859-1863 merupakan puncak perjuangan Banjar. Dari perlawanan tersebut muncul tokoh-tokoh perlawanan, seperti Pangeran Antasari, Pangeran Demang Leman, dan Haji Nasrun.
Baca referensi lain dari detik, di sini
Baca kategori-kategori sejarah lainnya, juga membahas mengenai akulturasi kebudayaan, di sini!
8 Sejarah Kesultanan-Kesultanan Islam di Sumatra, Lengkap Mudah Dipahami!
4 Sejarah Kesultanan-Kesultanan Islam di Jawa, Lengkap Mudah Dipahami!
- 2 Sejarah Kesultanan-Kesultanan Islam di Kalimantan, Lengkap Mudah Dipahami!
- 4 Sejarah Kesultanan-Kesultanan Islam di Jawa, Lengkap Mudah Dipahami!
- 8 Sejarah Kesultanan-Kesultanan Islam di Sumatra, Lengkap Mudah Dipahami!
- 3 Bukti Sejarah Perdagangan Islam di Indonesia dan Perkembangannya
- 6 Pendapat Proses Masuknya Islam ke Indonesia Menurut para Ahli disertai dengan Bukti-Buktinya.